Sebenernya cerpen ini buat tugas sekolah, tapi sayang kalo cuma nganggur di lepi =D
jadi yaah aku posting aja, dari pada ini blog sepi hehehehe.
yuk baca~~! heheh
jadi yaah aku posting aja, dari pada ini blog sepi hehehehe.
yuk baca~~! heheh
Terkilir
karena Ponsel
Hari
minggu ini rencananya aku bersama Fadhillah dan Defi akan kerja kelompok di
rumah Anissa, kami janjian jam 10 pagi.
Sekarang
sudah lebih dari jam 10.00 tetapi Fadhillah belum juga sampai di rumahku, kami
berdua akan berangkat ke rumah Anissa berdua karena Fadhillah takut naik angkot
sendiri karena ini hari minggu dan aku sendiri pun tak ada yang mengantar. Lalu
aku melihat ponselku dilayar tertera, “5
panggilan tak terjawab dan 2 pesan.” Dan itu semua berasal dari Fadhillah, pesannya mengatakan kalau dia sudah
berada didepan rumahku, “ngapa gak langsung ketok pintu aja sih?” pikirku.
Lalu
aku mengintip lewat jendela, “nggak ada siapa-siapa.” pikirku lagi. Tetapi
ketika membuka pintu,
“huaaaaa.....!!!,”
aku terkejut setengah ketika melihat Fadhilah sudah ada didepanku.
“kenapa
gak langsung ketok pintu sih?” ucapku kesal.
“males,” jawabnya, sungguh jawaban yang
mengesalkan.
“yaudah,
aku siap-siap ambil tas dulu,” ucapku seraya masuk ke dalam rumah untuk
mengambil tas.
“
ayo berangkat Dil,” kataku pada Fadhillah sambil mengunci pintu.
“ayo,”
jawabnya.
Akhirnya
kami berdua sampai di rumah Anissa dan aku melihat Defi juga sudah tiba dirumah
Anissa.
“Assalamu’alaikum..
Anissa,” ucap kami berdua.
“Wa’alaikum
salam, masuk masuk,” kata Anissa.
“udah
disini Dep? Nyampe jam berapa Dep?,” tanyaku padanya, memang aku memanggilnya
Depi bukan Defi.
“tadi
jam setengah sebelas,” ucap Defi seraya melihat jam dinding.
“oh
berarti 10 menit yang lalu,” ucapku seraya melihat jam dinding.
“kita
mau buat kerajinan apa buat Seni?” tanyaku pada mereka bertiga.
Anissa
sudah menyiapkan koran-koran bekas untuk bahannya.
“semacam
bingkai foto dan gantungan kunci dari koran,” kata Defi.
“gimana
buatnya?” tanyaku padanya.
“bikin
bubur koran dulu, Sa” jawab Defi.
“yaudah
ayo robekin dulu,” kataku dan langsung merobek menjadi beberapa bagian koran
koran itu dan di ikuti mereka bertiga.
Ketika
kami sedang merobek-robek koran, munculah Arum yang datang tanpa pemberitahuan.
“loh
Rum, kok udah d isini?” tanyaku padanya.
“iya
dong Pit,” jawabnya, memang kadang aku dipanggil Pipit, Annisa, Anis, Nis.
“tadi
aku kasih tau dia,” kata Defi.
“oh,”
ucapku.
Kami
melanjutkan merobek-robekan koran koran itu, Arum pun ikut membantu
merobek-robekkan koran dengan tingkahnya yang aneh itu.
Ketika
robekan kertas sudah tertumpuk banyak, kami langsung menuju ke belakang unutuk
membuat bubur koran yang menjadi bubur koran yang akan kami jadikan kerajinan.
Tetapi saat membuat bubur koran aku dibuat kesal setengah mati oleh Arum dengan
tingkahnya yang menyebalkan. Dia menempelkan bubur koran ke tanganku, aku
sungguh geli dengan bubur koran ini. Karena sikap ku terlalu berlebihan dia
semakin senang mengerjai ku.
Karena
Arum terus mengerjai ku, aku kesal aku sesekali memarahinya dan pada akhirnya
Arum juga kesal karena aku memarahinya, “lagian dia duluan yang mulai,”
pikirku.
Lalu
Arum masuk kedalam rumah, aku yang juga kesal berhenti menghancurkan
koran-koran tersebut menjadi bubur. Anissa, Fadhillah dan Defi pun kelihatannya
menertawakanku dan Arum. Dan tak lama kemudian suara dan tanda tanda keberadaan
Arum pun tak ada. Ternyata ia pulang.
Aku
merasa sedikit tenang tidak ada yang menjahiliku lagi, tetapi ketika aku
mencari ponsel ku yang tadi aku letak di kursi dekat ruang televisi tak ada.
Aku menjadi panik.
“handphone
ku di mana?” tanyaku pada mereka bertiga, Anissa, Fadhillah dan Defi.
“tadi
di pegang Arum,” kata Defi.
“haduh,
ayo temenin ke rumahnya,” kataku pada Anissa.
Aku
keluar dari rumah Anissa dengan perasaan kesal ditambah Anissa yang lama. Aku
kesal harus menunggu lama, aku masuk lagi kerumah Anissa sambil menghentak-hentakan
kaki. Akibat aku yang ceroboh menghentak-hentakkan kakiku dengan tidak sengaja
kakiku terkilir!. Seketika aku pun menangis karena kakiku sangat sakit sekali.
“huaaaaaa!!
Sakit banget!!” teriakku.
“ngapa
Sa?” tanya Anissa padaku.
“keseleo,”
kataku sambil menangis.
“jangan
nagis, ayo ke rumah Arum ngambil handphonemu,” ajaknya.
“iya,”
kataku, sungguh aku sangat kesal pada Arum.
Aku
menunggu Anissa di depan rumahnya sambil memijat kakiku yang terkilir dengan
menangis, “kenapa lama banget sih?” pikirku sambil masih tetap menangis.
Dan
tak lama kemudian Anissa muncul dengan motornya, “pantesan lama,” pikirku .
“ayo,”
katanya.
“iya,”
kataku sambil menghampirinya perlahan karena kakiku yang terkilit lagi.
Dan
akhirnya kami sampai di rumah Arum, tanpa basa basi aku memanggilnya.
“Aruuuuuuuum,”
teriakku.
Arum
keluar rumah dengan wajah tanpa dosanya seperti tidak terjadi apa-apa.
“apa?”
katanya.
“mana
handphone ku?” tanyaku.
Dengan
wajah tanpa dosanya dan sambil tertawa dia menjawab, “aku taruh di dalem pot,”.
“apa?”
teriakku.
“ya
ampun Arum, pengen aku tendang ke jurang kamu Rum!” teriakku padanya.
Sementara
Arum tertawa semakin keras, wajahnya senang sekali.
“ayo
Sa, pulang,” ajakku pada Anissa.
Sampai
di rumah Anissa aku langsung menanyakannya pada Anissa dimana ia meletakkan pot
bunga tempat bunga hasil buuatan kami.
“pot
nya dimana Sa?” tanyaku.
“sebentar
aku ambilin dulu,” jawabnya.
“mana?
Mana?” tanyaku tidak sabaran.
“ini,”
kata Anissa seraya menyodorkan pot bunga tersebuut.
Dan
aku dengan cepat mengambilnya.
“huaaa!
Dasar Arum,” teriakku.
“gimana?
Ketemu gak?” tanya Fadhillah dan Defi.
“ketemu.
Di pot bunga,” jawab ku ketus, masih kesal karena Arum.
Aku
yang masih kesal pun ingin cepat pulang. Kakiku
sakit sekali karena terkilir tadi, berjalan pun tak seimbang dan juga
bengkak, “ya ampun sakit banget,” pikirku.
Aku
putuskan untuk pulang, dan mengajak Defi dan juga Fadhillah untuk pulang.
Diperjalanan pulang terasa lama karena aku berjalan pincang, kakiku semakin
sakit dan semakin membengkak.
Sesampai
nya dirumah aku langsung meminta ibuku agar aku dipijat agar terkilirku tidak
semakin parah.
Saat
kakiku dipijat aku berteriak kesakitan hingga menangis. Rasanya besok senin aku
tidak sekolah, tidak mungkin kan aku sekolah dengan kaki pincang dan bengkak
seperti ini. Ditambah besok ada pelajaran olahraga, semakin menguatkan niatku
untuk tidak sekolah besok.
Pada
akhirnya hari senin ini aku benar-benar tidaak ke sekolah karena kaki masih
susah untuk berjalan dan mash membengkak.
TAMAT
HEHEHE XD
3 komentar:
ahahahahaha.... lucu :3
Best Casinos Near Casinos in Las Vegas, NV - Mapyro
Find the best casinos in Las Vegas, NV from 0 to 1539 ways to find, with detailed 제주 출장안마 reviews, 영천 출장마사지 photos, directions, and 경주 출장안마 expert 춘천 출장마사지 advice. 군포 출장마사지
Why casinos are rigged - Hertzaman - The Herald
In the UK, casino games are rigged and there is evidence herzamanindir of worrione fraud, crime or disorder jancasino or an titanium metal trim individual's involvement. ventureberg.com/ There are also many
Posting Komentar