Selasa, 24 Desember 2013

Tugas Cerpen

Sebenernya cerpen ini buat tugas sekolah, tapi sayang kalo cuma nganggur di lepi =D
jadi yaah aku posting aja, dari pada ini blog sepi hehehehe.
yuk baca~~! heheh




Terkilir karena Ponsel
Hari minggu ini rencananya aku bersama Fadhillah dan Defi akan kerja kelompok di rumah Anissa, kami janjian jam 10 pagi.
Sekarang sudah lebih dari jam 10.00 tetapi Fadhillah belum juga sampai di rumahku, kami berdua akan berangkat ke rumah Anissa berdua karena Fadhillah takut naik angkot sendiri karena ini hari minggu dan aku sendiri pun tak ada yang mengantar. Lalu aku melihat ponselku dilayar tertera, “5 panggilan tak terjawab dan 2 pesan.” Dan itu semua berasal dari Fadhillah, pesannya mengatakan kalau dia sudah berada didepan rumahku, “ngapa gak langsung ketok pintu aja sih?” pikirku.
Lalu aku mengintip lewat jendela, “nggak ada siapa-siapa.” pikirku lagi. Tetapi ketika membuka pintu,
“huaaaaa.....!!!,” aku terkejut setengah ketika melihat Fadhilah sudah ada didepanku.
“kenapa gak langsung ketok pintu sih?” ucapku kesal.
 “males,” jawabnya, sungguh jawaban yang mengesalkan.
“yaudah, aku siap-siap ambil tas dulu,” ucapku seraya masuk ke dalam rumah untuk mengambil tas.
“ ayo berangkat Dil,” kataku pada Fadhillah sambil mengunci pintu.
“ayo,” jawabnya.
Akhirnya kami berdua sampai di rumah Anissa dan aku melihat Defi juga sudah tiba dirumah Anissa.
“Assalamu’alaikum.. Anissa,” ucap kami berdua.
“Wa’alaikum salam, masuk masuk,” kata Anissa.
“udah disini Dep? Nyampe jam berapa Dep?,” tanyaku padanya, memang aku memanggilnya Depi bukan Defi.
“tadi jam setengah sebelas,” ucap Defi seraya melihat jam dinding.
“oh berarti 10 menit yang lalu,” ucapku seraya melihat jam dinding.
“kita mau buat kerajinan apa buat Seni?” tanyaku pada mereka bertiga.
Anissa sudah menyiapkan koran-koran bekas untuk bahannya.
“semacam bingkai foto dan gantungan kunci dari koran,” kata Defi.
“gimana buatnya?” tanyaku padanya.
“bikin bubur koran dulu, Sa” jawab Defi.
“yaudah ayo robekin dulu,” kataku dan langsung merobek menjadi beberapa bagian koran koran itu dan di ikuti mereka bertiga.
Ketika kami sedang merobek-robek koran, munculah Arum yang datang tanpa pemberitahuan.
“loh Rum, kok udah d isini?” tanyaku padanya.
“iya dong Pit,” jawabnya, memang kadang aku dipanggil Pipit, Annisa, Anis, Nis.
“tadi aku kasih tau dia,” kata Defi.
“oh,” ucapku.
Kami melanjutkan merobek-robekan koran koran itu, Arum pun ikut membantu merobek-robekkan koran dengan tingkahnya yang aneh itu.
Ketika robekan kertas sudah tertumpuk banyak, kami langsung menuju ke belakang unutuk membuat bubur koran yang menjadi bubur koran yang akan kami jadikan kerajinan. Tetapi saat membuat bubur koran aku dibuat kesal setengah mati oleh Arum dengan tingkahnya yang menyebalkan. Dia menempelkan bubur koran ke tanganku, aku sungguh geli dengan bubur koran ini. Karena sikap ku terlalu berlebihan dia semakin senang mengerjai ku.
Karena Arum terus mengerjai ku, aku kesal aku sesekali memarahinya dan pada akhirnya Arum juga kesal karena aku memarahinya, “lagian dia duluan yang mulai,” pikirku.
Lalu Arum masuk kedalam rumah, aku yang juga kesal berhenti menghancurkan koran-koran tersebut menjadi bubur. Anissa, Fadhillah dan Defi pun kelihatannya menertawakanku dan Arum. Dan tak lama kemudian suara dan tanda tanda keberadaan Arum pun tak ada. Ternyata ia pulang.
Aku merasa sedikit tenang tidak ada yang menjahiliku lagi, tetapi ketika aku mencari ponsel ku yang tadi aku letak di kursi dekat ruang televisi tak ada. Aku  menjadi panik.
“handphone ku di mana?” tanyaku pada mereka bertiga, Anissa, Fadhillah dan Defi.
“tadi di pegang Arum,” kata Defi.
“haduh, ayo temenin ke rumahnya,” kataku pada Anissa.
Aku keluar dari rumah Anissa dengan perasaan kesal ditambah Anissa yang lama. Aku kesal harus menunggu lama, aku masuk lagi kerumah Anissa sambil menghentak-hentakan kaki. Akibat aku yang ceroboh menghentak-hentakkan kakiku dengan tidak sengaja kakiku terkilir!. Seketika aku pun menangis karena kakiku sangat sakit sekali.
“huaaaaaa!! Sakit banget!!” teriakku.
“ngapa Sa?” tanya Anissa padaku.
“keseleo,” kataku sambil menangis.
“jangan nagis, ayo ke rumah Arum ngambil handphonemu,” ajaknya.
“iya,” kataku, sungguh aku sangat kesal pada Arum.
Aku menunggu Anissa di depan rumahnya sambil memijat kakiku yang terkilir dengan menangis, “kenapa lama banget sih?” pikirku sambil masih tetap menangis.
Dan tak lama kemudian Anissa muncul dengan motornya, “pantesan lama,” pikirku .
“ayo,” katanya.
“iya,” kataku sambil menghampirinya perlahan karena kakiku yang terkilit lagi.
Dan akhirnya kami sampai di rumah Arum, tanpa basa basi aku memanggilnya.
“Aruuuuuuuum,” teriakku.
Arum keluar rumah dengan wajah tanpa dosanya seperti tidak terjadi apa-apa.
“apa?” katanya.
“mana handphone ku?” tanyaku.
Dengan wajah tanpa dosanya dan sambil tertawa dia menjawab, “aku taruh di dalem pot,”.
“apa?” teriakku.
“ya ampun Arum, pengen aku tendang ke jurang kamu Rum!” teriakku  padanya.
Sementara Arum tertawa semakin keras, wajahnya senang sekali.
“ayo Sa, pulang,” ajakku pada Anissa.
Sampai di rumah Anissa aku langsung menanyakannya pada Anissa dimana ia meletakkan pot bunga tempat bunga hasil buuatan kami.
“pot nya dimana Sa?” tanyaku.
“sebentar aku ambilin dulu,” jawabnya.
“mana? Mana?” tanyaku tidak sabaran.
“ini,” kata Anissa seraya menyodorkan pot bunga tersebuut.
Dan aku dengan cepat mengambilnya.
“huaaa! Dasar Arum,” teriakku.
“gimana? Ketemu gak?” tanya Fadhillah dan Defi.
“ketemu. Di pot bunga,” jawab ku ketus, masih kesal karena Arum.
Aku yang masih kesal pun ingin cepat pulang. Kakiku  sakit sekali karena terkilir tadi, berjalan pun tak seimbang dan juga bengkak, “ya ampun sakit banget,” pikirku.
Aku putuskan untuk pulang, dan mengajak Defi dan juga Fadhillah untuk pulang. Diperjalanan pulang terasa lama karena aku berjalan pincang, kakiku semakin sakit dan semakin membengkak.



Sesampai nya dirumah aku langsung meminta ibuku agar aku dipijat agar terkilirku tidak semakin parah.
Saat kakiku dipijat aku berteriak kesakitan hingga menangis. Rasanya besok senin aku tidak sekolah, tidak mungkin kan aku sekolah dengan kaki pincang dan bengkak seperti ini. Ditambah besok ada pelajaran olahraga, semakin menguatkan niatku untuk tidak sekolah besok.
Pada akhirnya hari senin ini aku benar-benar tidaak ke sekolah karena kaki masih susah untuk berjalan dan mash membengkak.

 TAMAT

HEHEHE XD 

3 komentar:

Unknown mengatakan...

ahahahahaha.... lucu :3

wallisstahir mengatakan...

Best Casinos Near Casinos in Las Vegas, NV - Mapyro
Find the best casinos in Las Vegas, NV from 0 to 1539 ways to find, with detailed 제주 출장안마 reviews, 영천 출장마사지 photos, directions, and 경주 출장안마 expert 춘천 출장마사지 advice. 군포 출장마사지

Unknown mengatakan...

Why casinos are rigged - Hertzaman - The Herald
In the UK, casino games are rigged and there is evidence herzamanindir of worrione fraud, crime or disorder jancasino or an titanium metal trim individual's involvement. ventureberg.com/ There are also many